Kede Berita, Jakarta -- Kasus pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri Kim Jong-un yang selama ini hidup terasing di luar Korea Utara, masih diliputi misteri. Korea Selatan menyebutnya sebagai aksi terorisme yang dilakukan oleh Korea Utara.
Setidaknya lima orang sedang disidik oleh polisi Malaysia terkait kasus ini. Seorang di antaranya telah ditangkap, sementara empat lainnya melarikan diri ke luar negeri.
Namun, mengapa Pyongyang ingin membunuh seorang anggota dinasti penguasa? Pengamat menyebut sulit untuk mengetahui kepastiannya. Hanya saja, sejumlah perbedaan pendapat dengan China dan persaingan antara kakak beradik mungkin berperan di sini.
Pada 2001 lalu, Kim Jong-nam ditangkap karena berupaya memasuki Jepang menggunakan paspor palsu. Dilaporkan, perjalanan ini dilakukan karena dia ingin mengunjungi Tokyo Disneyland.
Hal ini mempermalukan Korea Utara dan menghancurkan kesempatannya menggantikan Kim Jong-il, sang Ayah, menjadi pemimpin negara. Sejak 2003, dia tinggal terasing di Macau, China.
Kim kerap mengunjungi China dan menjalin hubungan baik dengan Beijing, terutama melalui pamannya, Jang Song-thaek. Dia adalah orang kedua paling berkuasa di Korut setelah kematian Kim Jong-il pada 2011.
"Jang Song-thaek adalah orang kesukaan China di Pyongyang," kata Jeffrey Lewis, direktur East Asia Nonproliferation Program di Amerika Serikat, dikutip Media, Selasa (21/2).
"Dia adalah sumber pemasukan Kim Jong-nam dan itu juga yang mungkin jadi alasan China melindunginya."
Song-thaek dieksekusi pada 2013 atas perintah Jong-un. Peristiwa ini membuat Jong-nam kehilangan rekan terkuatnya di Pyongyang dan seorang penghubung ke Beijing.
Jika Korea Utara terkonfirmasi berada di balik pembunuhan ini, maka kepercayaan China terhadap Pyongyang mungkin akan runtuh, kata Zhao Tong dari Carnegie Tsinghua Center for Global Policy di Beijing.
"Kim Jong-nam sejak lama mendukung pendekatan pro-reformasi di Korea Utara dan secara terbuka mendorong Pyongyang untuk mengikuti jejak China," kata Zhao.
China adalah satu-satunya sekutu Korut di dunia, tapi hubungan kedua negara memburuk karena Pyongyang terus berupaya untuk mengejar ambisinya soal senjata nuklir di tengah sanksi internasional yang didukung Beijing.
"Ketika Korea Utara mengeksekusi Jang, itu karena urusannya dengan China," kata Lewis.
"Korea Utara menyapu bersih semua elemen rezim yang pro-China--meski pembunuhan ini terlihat lebih kejam."
Gerakan semacam ini dinilai sebagai kesalahan perhitungan yang dilakukan Pyongyang, kata Zhao.
"Jika pembunuhan ini terkonfirmasi (diperintahkan Kim Jong-un), maka peristiwa ini akan jadi pukulan telak bagi kepercayaan China akan harapan keterbukaan pemerintah Korea Utara," ujarnya.
Ditinggalkan ayahnya pada 1970-an silam, Kim Jong-nam tetap jadi salah satu pesaing potensial dalam bursa perebutan kekuasaan, terutama untuk Kim Jong-un.
Walau demikian, entah mengapa jalan Jong-un menuju puncak pemerintahan lebih mulus daripada para saudaranya. Setelah menjabat, dia pun menunjukkan kekuasaannya dengan sejumlah tindakan keras dan eksekusi terhadap sejumlah lawan politik.
Organisasi pengamat di Korea Selatan menyebut Kim telah memerintahkan pembunuhan 340 orang sejak 2011 lalu.
Kim Jong-nam tidak punya apa-apa jika dibandingkan kekuasaan Pyongyang, kata Michael Madden, pakar politik Korut. Namun, dia punya nilai positif di mata tokoh senior negaranya.
"Melihat warisannya, Jong-nam dipandang oleh beberapa tokoh senior Korea Utara sebagai sosok cucu yang baik," kata dia. "Kasih sayang dan hubungan seperti ini memang tidak bisa memastikan dukungan politik domestik, tapi alangkah baiknya jika Jong-nam maju sebagai pesaing adik tirinya."
Terlepas semua itu, pertanyaan apakah Kim Jong-nam ingin melanjutkan kekuasaan ayahnya, maupun adiknya, akhirnya tidak sempat terjawab.
Setidaknya lima orang sedang disidik oleh polisi Malaysia terkait kasus ini. Seorang di antaranya telah ditangkap, sementara empat lainnya melarikan diri ke luar negeri.
Namun, mengapa Pyongyang ingin membunuh seorang anggota dinasti penguasa? Pengamat menyebut sulit untuk mengetahui kepastiannya. Hanya saja, sejumlah perbedaan pendapat dengan China dan persaingan antara kakak beradik mungkin berperan di sini.
Pada 2001 lalu, Kim Jong-nam ditangkap karena berupaya memasuki Jepang menggunakan paspor palsu. Dilaporkan, perjalanan ini dilakukan karena dia ingin mengunjungi Tokyo Disneyland.
Hal ini mempermalukan Korea Utara dan menghancurkan kesempatannya menggantikan Kim Jong-il, sang Ayah, menjadi pemimpin negara. Sejak 2003, dia tinggal terasing di Macau, China.
Kim kerap mengunjungi China dan menjalin hubungan baik dengan Beijing, terutama melalui pamannya, Jang Song-thaek. Dia adalah orang kedua paling berkuasa di Korut setelah kematian Kim Jong-il pada 2011.
"Jang Song-thaek adalah orang kesukaan China di Pyongyang," kata Jeffrey Lewis, direktur East Asia Nonproliferation Program di Amerika Serikat, dikutip Media, Selasa (21/2).
"Dia adalah sumber pemasukan Kim Jong-nam dan itu juga yang mungkin jadi alasan China melindunginya."
Song-thaek dieksekusi pada 2013 atas perintah Jong-un. Peristiwa ini membuat Jong-nam kehilangan rekan terkuatnya di Pyongyang dan seorang penghubung ke Beijing.
Jika Korea Utara terkonfirmasi berada di balik pembunuhan ini, maka kepercayaan China terhadap Pyongyang mungkin akan runtuh, kata Zhao Tong dari Carnegie Tsinghua Center for Global Policy di Beijing.
"Kim Jong-nam sejak lama mendukung pendekatan pro-reformasi di Korea Utara dan secara terbuka mendorong Pyongyang untuk mengikuti jejak China," kata Zhao.
China adalah satu-satunya sekutu Korut di dunia, tapi hubungan kedua negara memburuk karena Pyongyang terus berupaya untuk mengejar ambisinya soal senjata nuklir di tengah sanksi internasional yang didukung Beijing.
Add Jang Song-thaek dieksekusi Korea Utara pada 2013 |
"Korea Utara menyapu bersih semua elemen rezim yang pro-China--meski pembunuhan ini terlihat lebih kejam."
Gerakan semacam ini dinilai sebagai kesalahan perhitungan yang dilakukan Pyongyang, kata Zhao.
"Jika pembunuhan ini terkonfirmasi (diperintahkan Kim Jong-un), maka peristiwa ini akan jadi pukulan telak bagi kepercayaan China akan harapan keterbukaan pemerintah Korea Utara," ujarnya.
Ditinggalkan ayahnya pada 1970-an silam, Kim Jong-nam tetap jadi salah satu pesaing potensial dalam bursa perebutan kekuasaan, terutama untuk Kim Jong-un.
Walau demikian, entah mengapa jalan Jong-un menuju puncak pemerintahan lebih mulus daripada para saudaranya. Setelah menjabat, dia pun menunjukkan kekuasaannya dengan sejumlah tindakan keras dan eksekusi terhadap sejumlah lawan politik.
Organisasi pengamat di Korea Selatan menyebut Kim telah memerintahkan pembunuhan 340 orang sejak 2011 lalu.
Kim Jong-nam tidak punya apa-apa jika dibandingkan kekuasaan Pyongyang, kata Michael Madden, pakar politik Korut. Namun, dia punya nilai positif di mata tokoh senior negaranya.
"Melihat warisannya, Jong-nam dipandang oleh beberapa tokoh senior Korea Utara sebagai sosok cucu yang baik," kata dia. "Kasih sayang dan hubungan seperti ini memang tidak bisa memastikan dukungan politik domestik, tapi alangkah baiknya jika Jong-nam maju sebagai pesaing adik tirinya."
Terlepas semua itu, pertanyaan apakah Kim Jong-nam ingin melanjutkan kekuasaan ayahnya, maupun adiknya, akhirnya tidak sempat terjawab.
Post a Comment