Kede Berita, Jakarta - Kampanye pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 untuk pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat mencapai Rp60.190.360.025. Dari jumlah itu, Rp42 miliar atau 70 persen di antaranya berasal dari sumbangan individu.
Data itu diungkapkan oleh Bendahara Timses Ahok-Djarot, Charles Honoris dalam jumpa pers hari ini, Minggu (12/2), di Posko Pemenangan, Jalan Borobudur, Jakarta.
Charles menjelaskan, sumber dana kampanye Ahok-Djarot lainnya diperoleh dari sumbangan badan hukum swasta sebesar Rp15 miliar dan hanya Rp1 juta dari pasangan calon. Sumbangan lain sebesar Rp1,7 miliar disebut masih belum lengkap syaratnya.
“Sebesar Rp 1,7 miliar itu enggak lengkap, karena formulirnya tidak didapatkan. Ada beberapa kesempatan transfer langsung ke rekening, tidak bisa digunakan. Kami sudah sosialisasi ke masyarakat. Akan dikonsultasi dengan auditor, jika tidak sesuai akan dikembalikan ke kas negara," kata Charles.
Staf bendahara Timses Ahok-Djarot, Michael Sianipar, menjelaskan, selama ini ada tiga kanal yang digunakan untuk sumbangan dari masyarakat yaitu setoran tunai ke Bank BCA, transaksi melalui mesin EDC saat gala diner dan di Posko Rumah Lembang, serta internet banking melalui website resmi ahokdjarot.id.
"Kami ingin menutup kampanye Pilkada DKl Basuki-Djarot dengan melaporkan total penerimaan dan pengeluaran Kampanye Rakyat. Ini bentuk pertanggungjawaban kami terhadap uang patungan masyarakat, tidak hanya Jakarta tetapi seluruh Indonesia,” kata Charles dikutip dari detikcom.
Dari total dana kampanye Rp60,1 miliar tersebut, total pengeluaran yang digunakan tim pemenangan sebanyak Rp53,6 miliar. Pengeluaran itu termasuk untuk membiayai pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, hingga untuk rapat umum dan iklan.
Charles mengatakan, kegiatan operasional selama masa kampanye menjadi sumber pengeluaran paling besar pasangan nomor urut 2 tersebut. Penyebaran bahan kampanye kepada umum menyumbang pengeluaran terbesar mencapai Rp 24,5 miliar; biaya pertemuan terbatas Rp9,2 miliar; pertemuan tatap muka Rp7,3 miliar; dan rapat umum Rp5,3 miliar
Data itu diungkapkan oleh Bendahara Timses Ahok-Djarot, Charles Honoris dalam jumpa pers hari ini, Minggu (12/2), di Posko Pemenangan, Jalan Borobudur, Jakarta.
Charles menjelaskan, sumber dana kampanye Ahok-Djarot lainnya diperoleh dari sumbangan badan hukum swasta sebesar Rp15 miliar dan hanya Rp1 juta dari pasangan calon. Sumbangan lain sebesar Rp1,7 miliar disebut masih belum lengkap syaratnya.
“Sebesar Rp 1,7 miliar itu enggak lengkap, karena formulirnya tidak didapatkan. Ada beberapa kesempatan transfer langsung ke rekening, tidak bisa digunakan. Kami sudah sosialisasi ke masyarakat. Akan dikonsultasi dengan auditor, jika tidak sesuai akan dikembalikan ke kas negara," kata Charles.
Staf bendahara Timses Ahok-Djarot, Michael Sianipar, menjelaskan, selama ini ada tiga kanal yang digunakan untuk sumbangan dari masyarakat yaitu setoran tunai ke Bank BCA, transaksi melalui mesin EDC saat gala diner dan di Posko Rumah Lembang, serta internet banking melalui website resmi ahokdjarot.id.
"Kami ingin menutup kampanye Pilkada DKl Basuki-Djarot dengan melaporkan total penerimaan dan pengeluaran Kampanye Rakyat. Ini bentuk pertanggungjawaban kami terhadap uang patungan masyarakat, tidak hanya Jakarta tetapi seluruh Indonesia,” kata Charles dikutip dari detikcom.
Dari total dana kampanye Rp60,1 miliar tersebut, total pengeluaran yang digunakan tim pemenangan sebanyak Rp53,6 miliar. Pengeluaran itu termasuk untuk membiayai pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, hingga untuk rapat umum dan iklan.
Charles mengatakan, kegiatan operasional selama masa kampanye menjadi sumber pengeluaran paling besar pasangan nomor urut 2 tersebut. Penyebaran bahan kampanye kepada umum menyumbang pengeluaran terbesar mencapai Rp 24,5 miliar; biaya pertemuan terbatas Rp9,2 miliar; pertemuan tatap muka Rp7,3 miliar; dan rapat umum Rp5,3 miliar
Post a Comment