Kede Berita, Jakarta - Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab yang dihadirkan sebagai saksi ahli agama di sidang dugaan penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjelaskan maksud kata 'aulia' dalam surat Al-Maidah ayat 51. Menurut Rizieq, ahli tafsir salaf sepakat bahwa kata aulia setidaknya memiliki lima pengertian.
Hal tersebut disampaikan Rizieq saat bersaksi di Auditorium Kementerian Pertanian, Jl RM Harsono, Jakarta Selatan, Selasa (28/2/2017). Lima pengertian tersebut antara lain teman setia, orang kepercayaan, penolong, pelindung, dan pemimpin.
"Semua ahli tafsir salaf, saya katakan salaf maksudnya klasik. Semua ahli tafsir salaf sepakat apakah itu diartikan teman setia, orang kepercayaan, penolong, pelindung, pemimpin, semua sepakat bahwa ayat tersebut sah dijadikan dalil haramnya orang kafir sebagai pemimpin bagi umat Islam," jelas Rizieq.
Rizieq menjelaskan, pemimpin punya arti lebih tinggi dibanding penafsiran lainnya. Ia mencontohkan, ketika seseorang menjadi pemimpin ia otomatis menjadi teman dekat. Namun tidak berlaku sebaliknya.
"Kenapa mereka tidak berbeda pendapat, pertama kalau menjadi orang setia atau orang kepercayaan saja tidak boleh, apalagi jadi pemimpin. Kenapa? Setiap teman setia belum tentu jadi pemimpin, tapi setiap pemimpin wajib jadi teman setia orang yang dipimpinnya," ujar Rizieq.
"Pemimpin harus jadi teman setia rakyatnya. Begitu pun dalam konteks orang kepercayaan. Jadi pemimpin ini artinya lebih tinggi. Kalau jadi pelindung dan penolong umat Islam saja tidak boleh, apalagi jadi pemimpin," jelasnya.
Hal tersebut disampaikan Rizieq saat bersaksi di Auditorium Kementerian Pertanian, Jl RM Harsono, Jakarta Selatan, Selasa (28/2/2017). Lima pengertian tersebut antara lain teman setia, orang kepercayaan, penolong, pelindung, dan pemimpin.
"Semua ahli tafsir salaf, saya katakan salaf maksudnya klasik. Semua ahli tafsir salaf sepakat apakah itu diartikan teman setia, orang kepercayaan, penolong, pelindung, pemimpin, semua sepakat bahwa ayat tersebut sah dijadikan dalil haramnya orang kafir sebagai pemimpin bagi umat Islam," jelas Rizieq.
Rizieq menjelaskan, pemimpin punya arti lebih tinggi dibanding penafsiran lainnya. Ia mencontohkan, ketika seseorang menjadi pemimpin ia otomatis menjadi teman dekat. Namun tidak berlaku sebaliknya.
"Kenapa mereka tidak berbeda pendapat, pertama kalau menjadi orang setia atau orang kepercayaan saja tidak boleh, apalagi jadi pemimpin. Kenapa? Setiap teman setia belum tentu jadi pemimpin, tapi setiap pemimpin wajib jadi teman setia orang yang dipimpinnya," ujar Rizieq.
"Pemimpin harus jadi teman setia rakyatnya. Begitu pun dalam konteks orang kepercayaan. Jadi pemimpin ini artinya lebih tinggi. Kalau jadi pelindung dan penolong umat Islam saja tidak boleh, apalagi jadi pemimpin," jelasnya.
Post a Comment