KEDE BERITA, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama menghadiri bedah buku yang ditulis oleh Rudi Kurawa berjudul "A Man Called Ahok" di Hotel Santika Premier, Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, Kamis (19/1).
Dari buku yang ditulisnya itu, memang tidak memaparkan soal kelemahan Basuki, tetapi ia menarik kesimpulan bahwa ada tiga hal kelemahan Basuki ini. Tiga kelemahan ini karena Basuki, Tionghoa, Kristen, dan antikorupsi.
"Jadi, kalau itu kelemahan yang saat ini digunakan untuk lawan politik yang sebenarnya cuma anti korupsi saja. Makanya dihajarnya itu. Orang bencinya hanya di ujung, korupsinya," pungkasnya.
Kurawa menyampaikan, buku tersebut merupakan bentuk klarifikasi dari apa yang terjadi beberapa waktu belakangan ini, yakni soal tudingan bahwa Basuki melakukan penistaan agama.
"Waktu Pak Basuki ngomong begitu, kerjaan saya kan investigator, jadi selalu ngomong klarifikasi alias tabayyun. Walaupun tersinggung, saya klarifikasi apa benar begitu? Benar tidak orang ini nistakan agama?" ujar Kurawa dalam acara tersebut.
Hal tersebut dilakukan, katanya, karena sejak 2012 ia merupakan relawan dari Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki saat Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2012 lalu. Setelah menang, ia kembali ke pekerjaannya semula dan hanya mendapat imbalan agar Jakarta bagus saja.
Oleh karena itu, ia pun beranjak ke Belitung Timur, kampung halaman Basuki untuk mengklarifikasi bagaimana latar belakang dari suami Veronica Tan tersebut. Dari sana, ia menemui orang-orang terdekat yang berada di sekitar Basuki dan mengetahui kehidupannya sejak kecil. Tidak hanya keluarga, tapi juga kerabatnya.
Salah satu isi buku, katanya, bab pertama buku bisa menjadi pengajaran parenting atau pola pengasuhan anak. Menurutnya, cerita Basuki dan keluarganya menginspirasi semua orang yang menjadi orangtua.
"Sampai 40 tahun lalu masih berlaku hari ini. Anak kecil harus diajarkan ikut campur urusan orang tua. Akhirnya ketika Pak Basuki ketemu orangtuanya mulai dari urusan bisnis, dipalak oknum aparat, dia dengar. Dia terus cerita ke teman-temannya," ceritanya.
Tidak hanya itu, Kurawa juga bercerita bahwa Basuki merupakan orang yang terbuka. Hal tersebut dilihatnya saat ia datang ke kantornya, di mana di ruangannya saja sangat terbuka karena ada banyak orang-orang yang disebut sebagai anak magang yang direkrut oleh Basuki.
"Untuk apa? Ini untuk menghindari fitnah. Makanya yang tidak biasa, kalau kita ke sana risih karena banyak orang lain dengerin (obrolan) kita. Maksud Pak Basuki jangan kongkalikong. Konsep itu berlaku sampai sekarang," katanya.
Ia mengatakan, banyak orang mengatakan bahwa Basuki orang yang keras kepala. Namun sebenarnya, katanya, Basuki mau mendengarkan jika itu dirasanya benar.
Kurawa juga menceritakan bahwa Basuki di Jakarta ini banyak dimusuhi, sebelumnya saat di Belitung Timur, di masa kampanye Bupati saat itu, Basuki sempat ditolak kedatangannya di sebuah desa oleh kepala desa tersebut. Di desa tersebut bahkan Basuki kalah suara dari pesaingnya di pemilihan Bupati itu, meski secara keseluruhan Basuki menang.
"Setelah selesai (Pilkada), ada undangan 17 Agustus dari desa itu. Pak Basuki, turun dan menyalami kepala desanya, padahal kepala desanya itu takut. Pak Basuki gentle, yang lalu biarlah berlalu. Dia tanya (ke kepala desa) ada yang bisa dibantu tidak? Kepala desa itu bilang ada Pak, masjid, karena lawannya janji mau buat. Ya sudah Pak Basuki bilang, minta proposalnya," cerita Kurawa.
Post a Comment