Raja Salman Bertemu 36 Tokoh Agama dan Ulama, Ini Daftarnya

Kede Berita, Jakarta - Raja Arab Saudi, Salman ‎bin Abdulaziz Al Saud akan berdialog dengan sejumlah tokoh ormas Islam di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (2/3/2017).

Pertemuan antara Raja Salman dan para tokoh ormas Islam akan dilakukan di Istana Merdeka. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, lebih dari 20 tokoh Ormas Islam diundang dalam pertemuan ini.

Dari daftar tokoh Ormas Islam yang diundang pihak Istana, tidak tertera nama Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.

Berdasarkan pantauan media di Istana Merdeka, Raja Salman dan rombongan sudah tiba di Istana setelah melakukan peninjauan dan salat tahiyatul masjid bersama Presiden Joko Widodo di Masjid Istiqlal, Jakarta‎.

Berikut daftar tokoh Ormas Islam yang diundang dalam pertemuan dengan Raja Salman antara lain:

‎1. Pimpinan Pesantren Moderen Gontor Ponorogo, KH Hasan Abdullah Sahal
2. Pimpinan Pesantren Salafiyah Syafiiyah Situbondo, KH Azzaim Ibrahimy
3. Pimpinan Pesantren Al Amin Sumenep, KH Ahmad Mohammad Tidjani
4. Pimpinan Pesantren Darurrahman Jakarta, KH Syukron Ma'mun
5. Pimpinan Pesantren Darunnajah Jakarta, KH Mahrus Amin
6. Pimpinan Pondok Pesantren PP Walisongo Asembagus Situbondo, KH Kholil As'ad
7. Ustaz Arifin Ilham
8. Ustaz Yusuf Mansur
9.  Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin
10. Ketua Dewan Pertimbangan MUI KH Din Syamsuddin
11. Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar
12. Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj
13. Ketua Umum PP Muhammadiyah, KH Haedar Nasir sebagai
14. Ketua Umum Persis, Aceng Zakaria
15. Ketua Umum DDII Muhammad Siddik
16. Ketua Umum Al-Irsyad al-Islamiyah, Abdullah Jaidi
17. Ketua Umum Jamiyyatul Washliyah, Yusnar Yusuf
18. Ketua Umum Ikadi, Ahmad Satori Ismail
19. Ketua Umum Mathla'ul Anwar, Sadeli Karim
20. Ketua Umum Perti, Basri Barmanda
21. Ketua Umum Syarikat Islam Hamdan Zoelva
22. Ketua Umum DMI Masdar F Masdu'i
23. Ketua Umum LDII Abdillah Syam
24. Ketua Umum Rabitah Alalawiyah, Habib Zain bin Umar bin Smith
25. Ketua Majelis Syuro Majelis Rasulullah Habib Nabil al Musawa
26. Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie
27. Direktur The Wahid Institute, Zannuba Arifah Chafsoh Rahman Wahid (Yenny Wahid)
28. Ketua Umum PP Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini sebagai
29. Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa
30. Ketua Umum DPP Wanita Islam, Atifah Thaha
31.  Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Syifa Fauzia
32. Ketua Umum Majelis Nurul Musthofa, Habib Hasan bin Ja'far Assegaf
33. Wantimpres Hasyim Muzadi
34. Mantan Menteri Agama Prof Quraish Shihab
35. Ketua Baznas Prof Bambang Sudibyo
36. Ketua MUI Jateng ‎Habib Muhammad Luthfi bin Yahya

Lewat Spanduk, Para Ibu Curhat Kasus Penistaan Agama ke Raja Salman

Kede Berita, Jakarta - Berbagai cara dilakukan masyarakat Indonesia menyambut kedatangan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud.

Termasuk yang dilakukan sekelompok ibu-ibu dengan cara membentangkan kain spanduk berbahasa Arab di halaman Masjid Istiqlal, Jakarta saat menyambut kedatangan Raja Salman.

Di atas kain spanduk sepanjang 2,5 meter tersebut, warga yang tidak ingin disebutlkan namanya mengungkapkan ingin menyampaikan pesan kepada Raja Salman terkait kasus dugaan penistaan agama yang terjadi di Indonesia.

Sekelompok ibu-ibu pengajian ini membentangkan spanduk di hadapan para wartawan yang sedang mengantre masuk ke areal Masjid Istiqlal.

Ketika ditanya wartawan mengenai arti tulisan di spanduk itu, mereka balik bertanya. "Ayo yang bisa terjemahkan, terjemahkan saja sendiri ya," jawab salah satu dari mereka.

Tidak lama kemudian datang seorang wartawan yang memiliki kemampuan berbahasa Arab. Wartawan itu pun langsung membaca.

"Selamat datang Raja Salman, kami ingin beritahu Anda untuk melarang Presiden kami Jokowi menzalimi ulama kami dan tangkap segera penista agama," kata seorang jurnalis menerjemahkan spanduk tersebut.

Setelah ada dari salah seorang jurnalis yang menerjemahkan spanduk tersebut, mereka langsung pergi meninggalkan para wartawan kemudian bergabung ke kerumunan warga yang akan masuk Masjid Istiqlal untuk melihat Raja Salman.

Kedatangan Raja Salman ke Masjid Istiqlal disambut antusias masyarakat. Mereka berduyun-duyun masuk ke masjid untuk melihat sang Raja Arab itu.a

Jokowi Kurang Etis Ajak Ahok Sambut Raja Salman

Kede Berita, Jakarta - Kehadiran Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al Saud di Indonesia menjadi kebanggaan tersendiri bagi rakyat Indonesia, tak terkecuali umat Islam.

Raja Salman adalah simbol pemimpin negara Islam. Salman adalah penjaga dua kota suci ummat Islam, Makkah dan Madinah. Kehadirannya sangat dinanti dan dibanggakan, tentunya akan tercatat sebagai salah satu sejarah terbaik.

Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah, Pedri Kasman menyayangkan, saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) ternyata juga mengajak Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) dalam rombongan menyambut Raja Salman.

"Ahok adalah terdakwa kasus penodaan agama Islam, agamanya Raja Salman juga. Mengajak terdakwa dalam menyambut tamu istimewa negara adalah sesuatu yang tidak etis," kata Pedri kepada wartawan, Kamis (2/3/2017).

"Jokowi semestinya sensitif dengan perasaan umat Islam yang sedang terluka oleh ulah Ahok. Ahok sudah saatnya ditinggal oleh Jokowi dalam agenda penting kenegaraan," imbuhnya.

Menurutnya, Ahok sebagai gubernur juga sedang dipersoalkan kedudukannya. Semestinya Ahok sudah dinonaktifkan sementara dari jabatan gubernur. Apalagi kasusnya sedang diproses Hak Angket di DPR. "Bangsa ini betul-betul sudah dibikin bising oleh Ahok. Tetapi Jokowi tetap saja diam," tegasnya.

Pedri kembali menegaskan, jika cara-cara ini tidak diakhiri, maka dugaan bahwa pemerintahan Jokowi berpihak ke Ahok makin dekat menemukan kebenarannya.

"Sebagai Presiden, Jokowi harus sensitif dengan perasaan umat dan memperhatikan kepatutan dalam memperlakukan seorang terdakwa," tutupnya.

Raja Salman Dipastikan Tidak Akan Temui Habib Rizieq

Kede Berita, Jakarta - Kabar mengenai akan adanya pertemuan antara pemimpin Arab Saudi Raja Salman bin Abdul Aziz dengan Imam Besar Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab santer berhembus dalam beberapa waktu terakhir. Kabar itu berhembus semakin kencang sejalan dengan semakin dekatnya waktu kedatangan Raja Salman ke Indonesia.

Namun, menurut Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanatha Nasir kabar tersebut tidak benar. "Seperti kata Duta Besar Arab Saudi. Tidak ada rencana ketemu dengan Rizieq," ujar Arrmanantha pada Selasa (28/2).

Meski demikian, Arrmanantha menyebut Raja Salman direncanakan akan bertemu dengan sejumlah tokoh-tokoh agama Islam. Pertemuan tersebut rencananya akan dilangsungkan pada Kamis 2 Maret 2017, atau hari kedua kunjungan raja berusia 81 tahun itu di Jakarta.

"Raja Salman akan bertemu tokoh-tokoh Islam di Indonesia, seperti tokoh-tokoh MUI, Muhammadiyah," lanjut pria yang kerap disapa Tata tersebut.

Dia menambahkan, Raja Salman juga akan bertemu dengan tokoh lintas agama, seperti Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, dan Kong Hucu pada Jumat 4 Maret 2017. Setelah melakukan pertemuan tersebut, pemimpin Saudi itu akan terbang ke Brunei Darussalam untuk melakukan kunjungan singkat, sebelum akhirnya terbang ke Bali untuk beristirahat.

Kapolda Metro Jaya Ingin Tiru Duterte Perangi Narkoba


Kede Berita, Jakarta - Polda Metro Jaya ingin meniru tindakan tegas yang dilakukan Presiden Filipina Rodrigo Duterte terhadap bandar narkoba. Kebijakan menembak mati bandar narkoba diyakini dapat menekan angka peredaran narkoba.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan mengungkapkan, polisi ingin meniru Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang memerintahkan menembak mati para bandar narkoba. "Saya berbincang dengan teman saya di Filipina, mereka menyebut dengan kebijakan tegas itu, peredaran narkoba di sana turun drastis. Kami tiru kebijakan mereka, tapi ya kalau bisa menyerupai lah," paparnya.

Dia mengklaim, Polda Metro merupakan institusi yang paling tegas terhadap narkoba dibanding dengan wilayah kepolisian lainnya. Itu terbukti dari dipecatnya satu oknum polisi karena memakai narkoba, lantas langsung di proses hukum.

Iriawan menjamin, akan memberantas para bandar narkotika itu hingga ke akar-akarnya, termasuk sampai lapas. "Selama ini, bandar selalu enak-enakan di Lapas. Di tangan saya dan jajaran, gak ada lagi yang seperti itu," katanya.

Berdasarkan data dari Ditresnarkoba Polda Metro Jaya, sepanjang tahun ini sudah ada lima bandar narkoba yang tewas ditembak lantaran melawan saat akan ditangkap.

Raja Salman dan Para Pangeran Arab di Mata Umat Islam Indonesia

Kede Berita, Jakarta - Kemarin, Raja Salman mendarat di Indonesia dan akan di negeri ini selama 9 hari ke depan. Wow lama banget kan?

Untuk ukuran orang Indonesia yang biasa berlibur dalam hitungan hari, tentu akan berpikir sembilan kali lipat sebelum melakukan perjalanan sepanjang itu. Hitungan ini nyaris seperti hitungan umrah kelas menengah Indonesia yang menganggap ibadah umrah sebagai ibadah semi liburan. Rombongan umrah reguler dari daerah-daerah Indonesia, yang mungkin hanya dilakukan oleh orang-orang yang berpikir hanya bisa berumrah sekali seumur hidup, biasanya menghitung dengan empat belas hari termasuk waktu perjalanan.

Tentu saja tidak bijak jika menyamakan perjalanan seorang raja penguasa wilayah terbesar Semenanjung Arab dengan rakyat kelas menengah Indonesia yang kian hari kian religius. Mereka bahkan biasa menjadwalkan perjalanan ibadah umrah secara berkala, pakai arisan segala.

Toh tulisan ini juga tidak berniat membanding-bandingkan perjalanan kenegaraan Raja Salman beserta rombongan yang mencapai 1.500 orang, dengan perjalanan spiritual masyarakat Indonesia kebanyakan. Dari semangat dan perjuangan tentu sama sekali beda, orang-orang Arab tentu tak perlu umrah dan belajar agama untuk dikira menjadi Islami oleh masyarakat Indonesia.

Berpakaian sehari-hari pun sudah dikira Islami, bukankah mereka lebih sering pakai gamis/jubah putih? Di Indonesia, banyak yang meyakini jubah sebagai simbol Islam. Ini agak seperti adanya sebagian orang yang menganggap sarung dan peci sebagai simbol agama Islam di Indonesia.

Bagaimana pun juga, kunjungan Raja Salman ini adalah kunjungan spesial, yah namanya juga raja, apa pun pasti jadi spesial. Tapi ingat ini bukan tentang martabak yang dinilai spesialisasinya dari jumlah telor yang digunakan. Ini tentang Raja Salman dengan segala kemewahan dan kegantengan para pangeran yang menyertainya, tentu saja beserta harapan yang ditumpahkan sebagian bangsa Indonesia, khususnya sebagian umat Islam kepadanya.

Rombongan Raja Salman berjumlah 1.500 orang menyertakan sedikitnya 10 menteri dan 25 pangeran. Sebagai negara dengan sistem kerajaan, tentu saja 10 menteri dan 25 pangeran ini masih memiliki hubungan darah dengan sang raja. Jadi tak perlu bertanya tentang kegantengan mereka, bila salah satunya ganteng, tentu yang lain tak perlu diragukan lagi, toh mereka sekeluarga.

Bila selama ini, perempuan dengan latar belakang konservatif dan tegas secara agama di dunia maya cenderung tidak pernah membahas masalah tampang, tampan, ganteng, jelek atau bulukan dengan alasan itu semua ciptaan Tuhan, maka kedatangan Raja Salman beserta para pangerannya mengubah semua itu.

Justru dari merekalah tumpah ruah pujian atas pesona fisik para pangeran ini. Sebagian menyatakan dengan malu-malu, sebagian mengungkapkan secara langsung namun didahului basa-basi permintaan maaf kepada kaum lelaki pribumi, sementara sebagian lainnya langsung saja main hajar tanpa sungkan-sungkan. Bila sebelumnya, pujian fisik tentang ganteng dan gagah hanya didominasi oleh masyarakat pop dengan mengacu kepada para selebritis di dunia entertainment, kini arus berbalik 180 derajat.

Tak cukup memuji secara verbal, urusan ganteng ini pun dicarikan sandaran pada dalil agama, di mana dalam Islam disepakati bahwa manusia paling ganteng seantero jagat sepanjang zaman adalah Nabi Yusuf sebagai nomer duanya. Tentu saja Nabi Muhammad selalu nomer satu. Tetapi pesona Nabi Muhammad tidak boleh dibanding-bandingkan, maka Nabi Yusuf adalah pilihan pertama urusan pesona ketampanan dalam Islam. Padahal Nabi Yusuf ini adalah putera dari Nabi Ya'qub, Kakek Moyang Bani Israel. So, semoga setelah memuji para pangeran Saudi ini, mereka bisa berdamai dengan Israel atau Yahudi sebagai saudara tua Islam? Jangan mimpi deh, itu urusan lain.

Mengapa tak terjadi pujian-pujian sebaliknya di dunia maya dari kaum lelaki Muslim kepada para puteri dari Saudi? Yang ini jawabnya jelas, sumber-sumber di internet sama sekali tidak mendukung. Ini masalah aurat yang sulit dicarikan dalilnya, apalagi oleh mereka yang cenderung konservatif dan tegas urusan berbusana.

Kehebohan fenomenal lain yang terjadi menjelang kedatangan Raja Salman ke Indonesia adalah adanya beberapa pihak yang mengklaim berjasa untuk
mendatangkan sang raja. Kehebohan ini pun wajib dimaklumi, kenapa?

Karena mungkin mereka berharap keuntungan bagi pribadi atau kelompoknya, entah secara materi, politik atau pun sekedar gengsi. Sesubjektif apa pun, gengsi masih merupakan hal penting bagi beberapa masyarakat Indonesia, penting atau pura-pura dipentingkan dalam hal ini tak menjadi soal.

Berbagai spanduk dan baliho besar atas nama ormas-ormas Islam dipampang di jalanan ibukota untuk menyatakan dukungan dan sambutan atas kedatangan sang raja beserta rombongan. Beberapa lini masa bahkan mencarikan pembenaran pada teks-teks keagamaan (Alquran dan Al-Hadits) atas beberapa hal terkait kedatangan sang raja, temasuk kemewahan yang menyertainya. Hal ini pun dianggap perlu, mengapa?

Mungkin mereka beranggapan, sebagai raja yang menyematkan gelar keagamaan Khodimul Haramaian (pelayan dua tanah suci Makkah-Madinah), tentu sang Raja sudah memikirkan masak-masak segala perilaku dan keadaannya untuk disesuaikan dengan ajaran-ajaran agama. Khususnya saat berkunjung ke negeri dengan jumlah penduduk Muslim mencapai hampir sepuluh kali lipat populasi rakyat negaranya. Jadi penting kan? Untuk menghadirkan kesan agamis ke rakyat negeri ini? Daripada dipertanyakan, masak iya orang Arab nggak agamis? Lalu membawa mobil dari sana pun dicarikan dalil agama. Hello?

Ini seperti beberapa masyarakat indonesia sering salah kaprah, daerah-daerah dengan predikat kota santri, lalu dikira semua masyarakatnya santri. Sering-sering timbul pertanyaan, terutama saat akan mengambil seorang pemuda sebagai menantu, orang sana kan santri-santri, masa dia enggak? Ini hanya misal saja, jangan diambil hati. Teman-teman santri pun dikira santri, padahal santri bisa dan dianjurkan berteman dengan siapa saja, khususnya yang bukan santri. Nah kan jadi tumpang-tindih dan saling menelikung?

Lini masa juga dipenuhi dengan argumen-argumen tentang pentingnya kedatangan Raja Salman bagi perjuangan Islam di Indonesia. Orang-orang ini menganggap bahwa kedatangan Raja Salman dapat berdampak positif bagi kedatangan dakwah Islam di Indonesia.

Mungkin tak dapat dipungkiri, selama ini banyak sekali lembaga-lembaga keagamaan Islam di Indonesia menerima bantuan dari Arab Saudi untuk amunisi dakwah, itu fakta. Tetapi mengharapkan lebih dari itu, sebenarnya nyaris mustahil, Raja Salman tetaplah Raja Salman, dia hanyalah seorang raja di
Semenanjung yang sebagian besarnya berupa gurun pasir.

Seberapa besarpun dia berkuasa di sana, tetap saja kekuasaannya terbatas, bahkan nyaris tak punya kuasa apa pun di negeri Zamrud Khatulistiwa ini. Raja Salman bukan jelmaan dewa yang bisa mengubah rumput hijau dan gemericik air menjadi gurun pasir tandus dan beroase sejuk.

Untuk melindungi saudara seagamanya dari hukum di tanah kekuasaannya, ya, saudara sesama Muslim yang kebetulan berasal dari Indonesia dan berstatus buruh migran pun, belum tentu dia sanggup, dan selama ini terbukti tidak selalu sanggup. Kata tidak sanggup ini sudah diperhalus loh ya, daripada menggunakan kata tidak mau? Nanti dituduh pencemaran nama baik. Selebihnya, tentang harapan-harapan akan keuntungan ekonomi dan investasi itu biarlah dibahas para ekonom.

Sementara Ratusan ribu buruh migran yang sehari-hari terus dikungkung oleh ketakutan pada kekerasan fisik dan seksual tanpa tahu kemana mereka harus meminta keamanan di negeri yang berdasarkan syariat Islam ini. Di mana sedikitnya ada 40 TKI yang terancam hukuman mati dengan 4 orang yang sedang menunggu eksekusi.

Pemerintah Arab Saudi juga masih memiliki tanggungan wajib lain kepada bangsa Indonesia, baik wajib karena memang tanggung jawabnya (menurut logika hukum Indonesia) maupun wajib karena Raja Salman telah menjanjikannya, tentu kita sepakat, bahwa janji adalah hutang. Kewajiban-kewajiban itu antara lain adalah korban musibah runtuhnya crane pembangunan Masjidil Haram yang terjadi pada haru Jumat tanggal 11 September 2015 di mana pihak berwenang Saudi menyatakan bahwa sedikitnya 107 orang meninggal dan 238 terluka. Dari jumlah itu, sebanyak 12 jemaah haji asal Indonesia meninggal dan 49 orang luka-luka.

Melalui Menteri Urusan Haji Arab Saudi Bandar bin Muhammad Hajjar, pemerintah Saudi menjanjikan akan memberikan santunan sebesar 1 juta riyal setara Rp3,5 miliar bagi ahli waris dari korban meninggal. Sedangkan korban luka akan mendapat santunan sebesar 500 ribu riyal, setara Rp1,7 miliar.
Setahun lebih berlalu dan janji masih masih berupa janji dengan penjelasan masih diproses. Duta Besar Arab Saudi di Indonesia, Osama bin Muhammed Al-Shuaibi hingga kemarin pun masih sekedar bisa menjanjikan, tidak lebih.

Di tahun yang sama jamaah haji Indonesia juga mendapatkan musibah di Mina, di mana tercatat 127 orang tewas, terdiri dari 122 jemaah haji Indonesia dan 5 WNI yang mukim di Arab Saudi. Kita pun banyak mendengar janji untuk keluarga yang terkena musibah, yang hingga kini pun belum terwujud.
Janji lain? Haduh sudahlah jangan terlalu berharap dulu.

Raja Salman dan para pengeran itu memang kaya, termasuk kaya akan janji, tak perlu berdebat. Sebab kalau tidak kaya, mana mungkin mereka datang berrombongan sebanyak itu dengan pesawat yang sudah dipamerkan kemewahannya. Sekali lagi, mereka juga sejak lahir sudah bertetanggaan dengan Baitullah.

Jadi intinya adalah, semua pembicaraan tentang kunjungan Raja Salman dan para pangerannya adalah tentang menarik keuntungan, entah apa pun bentuknya. Maka mari kita doakan semoga kunjungan Raja Salman dan rombongan ini membawa keuntungan untuk banyak pihak, termasuk pihak-pihak yang selama ini menunggu janji.

Habib Rizieq Akan Penuhi Undangan Raja Salman

Kede Berita, Jakarta - Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al Saud berencana akan mengunjungi Indonesia pada tanggal 1-9 Maret 2017. Dalam rangkaian agendanya, Raja Salman akan kunjungan kenegaraan di Jakarta pada 1-3 Maret dan setelahnya berlibur ke Bali pada 4-9 Maret.

Saat di Jakarta, Raja Salman akan menyambangi gedung MPR/DPR dan Masjid Istiqlal. Tempat selanjutnya yang akan didatangi yakni di Istana Bogor.

Dalam kunjungannya ke DPR-MPR, dikabarkan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shibab dan para ulama GNPF MUI turut diundang.

"Ya benar. Kami diundang oleh DPR yang sudah berkoordinasi dengan protokoler Raja Salman. Tadi malam undangannya diterima. Insya Allah hadir," kata pengacara Habib Rizieq, Kapitra Ampera, Selasa (28/2/2017).

Kapitra yang juga turut diundang ke DPR akan mendengarkan pidato Raja Salman pada Kamis 2 Maret 2017. Dia melanjutkan, sebanyak 22 orang ulama dari GNPF diundang dalam acara tersebut.

"Ada Habib Rizieq, UBN (Ustaz Bachtiar Nasir), Ustaz Zaitun (Zaitun Rasmin, Waketum GNPF MUI), Al-Khattath (Sekjen FUI M Al-Khattath) dan lain-lain. Total 22 orang," tambah Kapitra.

Mendapatkan undangan tersebut, Kapitra mengaku senang dan sangat antusias menyambut kedatangan Raja Salman. Menurutnya, kedatangan Raja Salman sebagai eksistensi umat Islam di dunia.

"Ya ini kan rajanya orang Islam. Kita itu sebagai penguatan umat Islam karena selama ini umat Islam dianggap miskin, ternyata umat Islam kaya rajanya bawa uang. Ini penguatan tentang umat Islam yang selama ini termarginalkan dan tereliminasi oleh kekuasaan," katanya.

Saat ditanya persiapan esok, dia mengaku tidak ada persiapan khusus. Dia hanya berharap kedatangan Raja Salman memperkuat peran umat Islam dari berbagai aspek dari ekonomi sampai politik.

"Ya tidak ada persiapan. Kita bahagia ada kepastian umat Islam di dunia apalagi umat Islam di Indonesia terbesar. Lalu didatangi Raja kota suci yang menjaga kiblat umat Islam tentu kita merasa apresiasi dan excited. Mudah-mudahan kedatangan Raja ini semua kan peran umat Islam harus dari segala dimensi dari ekonomi sampai politik," tutupnya.